Apakah anda galau disakiti oleh teman Atau sedang
banyak masalah? Pikiran tidak jernih, kacau balau, tidak tahu harus bagaimana
lagi sehingga rasanya ingin mati saja?
Semua orang
punya masalah. Masalah bagaikan pedang bermata dua yang bisa menyerang diri
sendiri, bisa juga membuat Anda menjadi pribadi yang lebih baik. Bagaimana
caranya supaya kita terlepas dari galau, resah, gundah, kecewa, dan sakit hati?
Bagaimana sebenarnya orang-orang hebat di dunia ini mampu melakukan
pencapaian-pencapaian yang mereka raih sekarang? Apakah mereka tidak pernah
merasakan galau seperti kita?
Tentu saja
jawabannya ya. Orang-orang hebat pun merasakan galau seperti manusia lainnya.
Yang berbeda dari mereka hanyalah mereka mampu mengelola galau (yang merupakan
emosi negatif) menjadi sesuatu yang positif. Bagaimana? Tentunya dengan
berpikir dan bertinda positif. Bagaimana caranya? Berikut ini
langkah-langkahnya.
Penelitian
telah membuktikan bahwa otak manusia, dapat mengendalikan begitu banyak hal
melalui pikiran. Bukankah sudah banyak metode yang dilakukan manusia untuk
mengendalikan – setidaknya tubuhnya sendiri – berbagai hal agar sesuai dengan
keinginannya. Hati manusia ini sesungguhnya dipenuhi rasa takut dan ragu.
Pikiran kitalah yang harus mengatasinya. Karena itulah para motivator sering
mengatakan: “yakinkanlah diri Anda bahwa Anda pasti bisa! Tidak ada satupun
yang tidak bisa Anda lakukan di dunia ini jika Anda yakin bahwa Anda
bisa.”
Saya dan
beberapa teman mencoba mempraktekkan suatu kalimat ajaib yang kami dapat dari
film komedi realitas: 3 Idiot. Kalimat itu adalah: Aal Izz Well (Semuanya akan
Baik-baik Saja). Dan benar! Kalimat inilah yang seringkali menyemangati kami
ketika deadline tugas sudah hampir mencapai batasnya, ketika pekerjaan menumpuk
dan banyak tuntutan dari orang di sekitar kami, ataupun ketika menghadapi
masalah.
Coba, ketika
Anda sedang bersedih, yakinkan diri Anda dengan kalimat ini. Tepuk dada kiri
Anda dan katakan: Aal Izz Well. Semuanya akan baik-baik saja. Pikiran yang
cemas tidak akan mampu mengontrol tubuh Anda untuk bergerak dengan benar dalam
menyelesaikan masalah yang Anda hadapi.
Ketika
kesedihan melanda, ketika damai tercerabut dari jiwa Anda, janganlah semakin
terlarut dalam kesedihan. Pikirkan seribu alasan kenapa Anda harus tersenyum
saat ini. Jika Anda punya keluarga, bukankah seharusnya keluarga menjadi
motivasi terbesar Anda untuk terus maju pantang menyerah menghadapi kerasnya
hidup?
Ketika sedih
itu berupa putus hubungan dengan kekasih Anda, pikirkan saja seribu alasan
untuk membuat Anda tersenyum. Entah itu hal-hal bodoh yang pernah terjadi di
hidup Anda dan menjadi motivasi tambahan untuk Anda, atau pikirkan hal-hal
hebat yang malah bisa Anda lakukan ketika Anda sedang single. Jangan memupuk
kesedihan dan meratapi kepergian kekasih Anda. Yakinlah, bahwa setelah ini Anda
akan mendapatkan yang lebih baik jika selama ini Anda merasa sudah berusaha
untuk menjadi yang terbaik untuknya. Sebaliknya, yakinkanlah diri Anda bahwa
Tuhan sedang memberi Anda kesempatan untuk menjadi lebih baik jika salami ini
ternyata Anda sudah melakukan begitu banyak kesalahan terhadapnya. Be positive!
Let the world see your best smile!
Step #2
Thousands of Reasons to Move On
Bersambung
dari step #1 di atas, pikirkan juga seribu alasan kenapa Anda harus move on
dari kesedihan Anda. Bukankah dunia ini jauh lebih indah? Hanya kita saja yang
belum menemukannya.
Cari dan
temukan passion Anda. Lakukan hal-hal yang Anda suka bersama orang-orang
terdekat Anda.
Jika Anda
meratapi masa lalu yang kelam, yang membuat orang banyak menghindar dari Anda,
kenapa Anda harus perduli kepada mereka? Tentu ada orang-orang di dekat Anda
yang peduli terhadap Anda. Kenapa harus Anda habiskan waktu yang amat berharga
untuk memikirkan perkataan orang yang tidak peduli kepada Anda, bukannya
menggunakannya untuk menikmati momen bersama orang-orang terdekat Anda?
Jika Anda
sedang broken heart, kenapa harus marah, kesal, kecewa? Mungkin dia memang tidak
sebaik yang Anda kira? Mungkin dia memang bukan jodoh Anda? Mungkin Anda akan
diberikan oleh Tuhan pasangan yang lebih baik? Atau mungkin Tuhan amat sayang
kepada Anda sehingga Anda diputuskan darinya sebelum hal buruk terjadi pada
Anda ketika Anda masih bersamanya? Mungkin dia akan lebih bahagia bersama orang
lain? Mungkin Anda akan menemukan kebahagiaan yang lebih jika Anda berpisah
darinya?
Seribu alasan
positif yang dapat membuat kita maju itulah yang seharusnya kita cari ketika
kesedihan melanda. Tidak ada gunanya meratapi nasib, selain menghabiskan waktu,
tenaga, dan air mata. Bukankah akan lebih baik jika kita menatap ke depan dan
menyongsong masa depan yang lebih cerah?
Jangan
habiskan waktu untuk kecewa, bangkitkan diri Anda sekarang juga!
Step #3 Look
Around, Fella! You’re Not The Only One Suffer
Langkah
ketiga ini berangkat dari tulisan saya sebelumnya yaitu Jangan Mau Susah
di Masa tua nanti
Ketika Anda
bersedih, coba nyalakan kendaraan Anda dan pergilah ke lampu merah terdekat.
Anda bisa lihat di sana ada anak jalanan yang sedang mengemis, menjual koran,
mengamen, menggendong bayi yang mungkin saja bukan adiknya. Anda bisa melihat
orang-orang cacat yang dilanda kefakiran, memohon belas kasihan dari saudaranya
yang melintas? Atau (jika Anda tinggal di Banjarmasin - Banjarbaru) lihat
bapak-ibu penjual kelelepon yang harus berdiri seharian menjajakan
keleleponnya, berpanas ria demi upah yang tidak seberapa besar mereka
terima.
Nyalakan lagi
kendaraan Anda dan sekarang pergilah ke pojokan pasar. Bukankah disana ada
orang-orang seusia Anda sedang berkeliling menjajakan penganan? Atau sedang
mengangkut beras dari toko ke atas truk? Atau sedang mengipasi sate yang belum
terjual setusuk pun? Jika Anda saat ini sedang kuliah, lihat! Bukankah banyak
anak seusia Anda di pojokan pasar itu duduk tercenung menunggu warung jualannya
yang sebatang-batang rokok pun belum laku?
Sadarlah,
kawan! Lihat sekeliling Anda! Bukan cuma Anda yang menderita di dunia ini.
Semua orang merasakan penderitaan walau dalam kadar yang berbeda tergantung
iman dan kelapangan hati mereka. Ketika ujian berat melanda, lihatlah
sekeliling Anda! Tidakkah Anda lebih beruntung dari mereka?
Step #4 Best
Friends, Best Laughter, Best Moment, Best Medicine
Banyak orang
bilang, jika Anda ingin tahu siapa sahabat Anda, lihatlah orang yang bersama
Anda ketika Anda sedang bermuram durja dalam penderitaan.
Sahabat
selalu punya cara untuk membuat kita tersenyum, entah itu dengan kelakuan
konyolnya, dengan kelakar-kelakar aneh yang entah kenapa tetap membuat tawa
kita lepas, dengan lagu-lagu ngocol yang liriknya ngawur, dengan secangkir kopi
panas atau coke dingin teman bergalau ria semalaman, dengan nasehat-nasehat dan
kisah inspiratifnya yang membuat kita melupakan kesedihan, dengan ide-ide gila
untuk merubah dunia, keluguan dan kenaifannya, cerewetnya, bahkan marahnya saja
membuat kita tergelak (thanks to Odon, Jody, Yahya, Gagah, Bojes, Hari “Om
Jin”, Yuwdha, Andre SF, Afri Yok, Anam, Aling, Anton, Iwan, Gita, Walid, Ida
“Otheck”, Oky, Bang Iman, Bang Eet, Mbak Anti, Bang Econ, Mbak Alva, Mbak Ima,
juga teman-teman di XII IPA 2, Keluarga Besar Computer Science ’10, Rumah
Kreatif, juga Pondok Waluh. I won’t be me without you, guys).
Sahabat
selalu tahu dan paham seluk beluk masalah kita mulai dari akar sampai solusi.
Jadi kenapa kita tidak datang kepada mereka? Kita juga sih yang salah. Kalau
sudah senang, sahabat dilupain. Seringnya terlalu asyik jalan bareng pacar
ketimbang hang out “gila-gilaan”. Sahabat itu harta yang paling berharga di
dunia ini. Jangan disia-siakan.
Step #5 God,
Why Me??? | Why Not?
Pepeng dalam
salah satu kesempatan stand comedy pernah berkelakar:
“Saya takut
komplain kepada Tuhan tentang penyakit saya (Pepeng saat ini menderita lumpuh
dan hanya bisa berbaring di atas tempat tidur). Kalau saya bertanya: ‘God, why
me? (Tuhan, kenapa harus aku?)’ saya takut Tuhan akan balik bertanya: ‘Why not?
(kenapa tidak?)’.”
Ya! Kenapa
tidak? Anda harus yakin bahwa Tuhan tahu jalan mana yang harus Anda tempuh.
Tuhan bukannya tidak adil, tapi jika Anda tidak dicobakan dengan sakit hati dan
kekecewaan, maka Anda tidak akan tahu rasanya kecewa dan sakit hati itu seperti
apa. Jika Anda sudah tahu, tentu Anda akan belajar untuk memberikan yang
terbaik kepada pasangan sehingga mereka tidak merasakan sakit hati karena Anda.
Atau juga mungkin karena memang sifat manusia diberikan Tuhan untuk selalu
merasakan kebahagiaan yang meluap-luap ketika kesenangan datang menghampiri manusia
setelah kesengsaraan yang bertubi-tubi. Contohnya saja: mana yang lebih bahagia
ketika Anda melihat makan malam harian seperti biasa atau ketika Anda melihat
makan malam setelah seharian penuh Anda belum makan? Jawabannya sudah tentu
yang kedua, kan?
Komentar
Posting Komentar