"Berteman jangan suka milih-milih." Kata-kata
itu tepat untuk orang yang sombong yang hanya mau bergaul dengan orang yang ia
pikir selevel dengan dia. Tapi sejatinya kata-kata itu tidak sepenuhnya benar.
Kita juga harus menyeleksi teman bergaul. Hanya kriterianya yang harus tepat.
Jangan gunakan kriteria yang menjerumuskan kita menjadi orang yang sombong dan
tidak baik. Tapi gunakan kriteria yang akan membuat kita menjadi anak yang
baik.
Sombong kalau kriteria teman kita adalah anak orang kaya
saja (udah sombong, matre pula). Sombong kalau kriteria teman kita itu yang
ganteng atau cantik saja. Intinya, kalau kita mengambil standar duniawi sebagai
teman, maka kita bisa termasuk sombong. Dalam hadits, Rasulullah mendefinisikan
sombong sebagai merendahkan manusia. "Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia." (HR. Muslim)
Memang pertemanan itu ada tingkatan-tingkatannya. Ada
yang hanya kenalan. Ada yang teman biasa seperti teman kelas, teman les. Ada
juga teman yang lumayan dekat yang kita sering berinteraksi dengannya, ini yang
disebut teman bergaul. Dan ada juga yang lebih dekat lagi yang kita sebut
sebagai sahabat. Dalam berteman, jangan sampai kita merendahkan orang lain.
Janganlah kita hanya mau punya teman bergaul dari orang-orang yang kita pilih
berlandaskan keduniaan dan menghindari pergaulan dengan orang lain karena kita
meremehkan orang tersebut.
Bagaimana kriteria yang menjadikan kita anak yang baik?
Pastinya, kriteria yang berdasarkan pada kebaikan. Maksudnya, kita memilih
teman bergaul yang kita sering berinteraksi dengan mereka dari kalangan
orang-orang yang berakhlak baik, sholeh, rajin belajar, gemar menabung, suka
menjahit dan memasak... Ups kebanyakan...
Pergaulan itu bisa menularkan perilaku seseorang kepada
temannya. Tak sedikit anak baik-baik yang terjerat narkoba hanya karena salah
memilih pergaulan. Seorang anak dari keluarga yang tidak merokok bisa jadi
perokok karena bergaul dengan teman-teman perokok. Dan sebagaimana watak buruk
itu menular, watak baik pun bisa menyebar melalui pergaulan. Itulah makanya
Rasulullah berpesan untuk memperhatikan teman bergaul.
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan
orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai
besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli
darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika
engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau
dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: “Seseorang akan
mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang
akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378,
Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah)
Imam Al Ghozali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan
bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular
pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut
zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman
dekatnya.” (Tuhfatul Ahwadzi, 7/42)
Kalau di sekolah ada ekstrakurikuler Rohani Islam, inilah
kumpulan anak-anak sholeh yang sangat direkomendasikan jadi teman bergaul kita.
Banyak sifat baik di komunitas ini yang bisa tertular pada kita.
Ali bin Abi Thalib ra berkata, “Hati-hatilah kalian dalam
memilih teman, sesungguhnya teman adalah bekal di dunia dan akhirat.”
sumber; islamedia
Komentar
Posting Komentar